Latest Post

Serahkan Rapor Pemain, Manajemen Arema ISL Ucapkan Terima Kasih

Written By Unknown on 16 Jul 2012 | 04.19


"Suharno belum bisa memastikan siapa saja pemain yang bakal dipertahankan."
Usai laga tandang lawan Persela Lamongan, Pelatih Arema Indonesia Suharno langsung melakukan evaluasi. Hasil evaluasi sebagai rapor pemain selama memperkuat tim Singo Edan dalam kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2011/12 itu, menurut Suharno, sudah diserahkan kepada manajemen Arema Indonesia.

Arema ISL Untuk Musim Depan


Kompetisi Indonesia Super League (ISL) sudah berakhir dan Indonesia Primer League (IPL) akan segera berakhir pula. Wacana rekonsiliasi antara Arema yang berlaga di IPL, dan Arema yang bermain untuk ISL terus berlanjut. Bahkan, manajemen Arema ISL memberikan dua opsi pada Ancora yang merupakan pemilik dari Arema IPL.

Rekonsiliasi?, Menunggu Elit Arema


Lama sebelum kompetisi Indonesia Super League (ISL) berakhir, Manajemen Arema yang berlaga di kompetisi Indonesian Premier League (IPL) telah mewacakan untuk dua Arema yang ada di Malang segera bersatu. Itu bisa melalui pintu rekonsiliasi yang berujung dengan kemungkinan merger Arema ISL dan Arema IPL.
Wacana atau keinginan yang disampaikan langsung oleh Fanda Susilo, Penasehat Arema IPL dan wakil dari Ancora itu dalam upaya menyiapkan satu Arema di kompetisi musim depan. Seiring agenda bersatunya PSSI yang kini dalam proses pengawasan federasi sepakbola Asia, AFC.
Sayang, dengan berakhirnya kompetisi ISL dan jelang berakhirnya IPL yang menyisakan satu laga untuk Arema IPL, Fanda Susilo memilih tak berkomentar perihal kelanjutan proses rekonsiliasi. 

Ancora: Arema Harus Bersatu, Bukan Merger


Terwujudnya rekonsiliasi Arema Indonesia yang berlaga di IPL dan ISL hingga kini masih ditunggu oleh publik sepak bola se-Malang Raya. Apalagi penyatuan dua Arema tersebut mulai menunjukkan titik terang ketika kedua Arema saling membuka diri ingin bersatu pada kompetisi musim depan.

Advisor Ancora, Nur Salam menegaskan, dengan hanya satu kompetisi pada musim depan, otomatis Arema harus bersatu. "Kita sama-sama ingin Arema bersatu dengan jalan rekonsiliasi," kata Nur Salam, Senin (16/7/2012).

Rasisme di Dalam Stadion

Written By Unknown on 30 Mei 2012 | 02.20


Akhir-akhir ini sering banyak kita dengar wacana-wacana dari Suporter dunia maya (SDM) untuk menolak nyanyian dan segala bentuk rasisme di dalam stadion. Mereka melakukan pembenaran dengan suatu dogma supporter indonesia damai. Dalil-dalil mereka agar sepak bola tanah air bisa maju dan supporter bisa berkreativitas tinggi. Mereka Mencoba menjadi pahlawan supporter yang ingin menerangkan dunia kita segamblang dan sehangat tai ayam kepada dunia luar.
Tapi sudah kodratnya yang berkarakter adalah sang pemenang, yang nyata yang megang kendali. Didalam stadion ternyata masih banyak nyanyian-nyanyian rasis dilantunkan oleh sebaggian besar stadion dikarenakan supporter tak hanya mendukung tim yang kita dukung saja, tetapi ikut menjatuhkan mental psikologis tim lawan dan supporter lawan agar lawan menjadi sebuah kedilematisan. itulah FUNGSI supporter sesungguhnya.

Kita lihat bagaimana di liga spanyol, inggris, dan itali supporter mereka menyanyikan lagu-lagu untuk mengejek tim dan supporter lawan dengan tujuan menjatuhkan mental lawan. Dan itu adalah hal yang sangat biasa, sepakbola mereka maju-maju saja. Ingat kita disini adalah menonton sepakbola olah raga kegilaan adrenalin jiwa bukan olah raga catur. Bila supporter diaturkan dengan kebijakan maka supporter bisa dikatakan hanya sebagai Penonton. Penonton, tak berkarakter, menikmati jalannya pertandingan, bersenang-senang di stadion, berfotoria didalam stadion setelah selesai mereka berbondong-bondong pulang dengan ramah. tidak ada peranan untuk timnya sendiri, pembahasan dan mengevaluasi keadaan yang sudah dan telah terjadi. Bila ingin sepakbola tanah air maju alasannya bukanlah nyanyian rasisme didalam stadion.

Tetapi sistem-sistem sepakbola kita yang selalu menguntungkan sang pembuat sistem itu sendiri, tak ada pengaruhnya sama sekali bila wacana Hilangkan Rasisme di dalam stadion bisa memajukan persepak bolaan tanah air!!!. Pada dasarnya supporter adalah Fasis. supporter mengedepankan kebanggaan tim nya sikap nasionalisme secara berlebih-lebihan (memakai atribut, membawa bendera/spanduk membawa alat musik untuk sebuah nyanyian dalam stadion, mengapresiasikan diri sendiri dengan karya-karya) bilak tidak fasis tidak bisa dibenarkan dengan istilah supporter istilah lebih jelasnya adalah penonton atau penikmat sepakbola.

Mana yang harus dimenangkan atau dibenarkan? Mana yang kita pilih?, jawabannya ada dialam diri anda sendiri menyikapi dan cara menikmati sepak bola ketika didalam stadion. mana yang membuat diri kalian nyaman dan mengeluarkan sebuah nilai-nilai kepuasan bathin.

INGAT.... INI HANYA BERBICARA TENTANG SEPAK BOLA...!!!
TERLALU BANYAK RETORIKA DAN WACANA DALAM PERDAMAIAN...
LAKUKAN...!!! JANGAN HANYA KATAKAN...!!!
PERDAMAIAN ITU "KATA KERJA" BUKAN "KATA SIFAT"

Sejarah Arema dan Aremania



Berdiri: 1987
Laman Resmi: http://www.aremafc.com
Ketua: Gunadi Handoko (Direktur Utama)
Direktur: Rendra Kresna (Manajer Tim)
Stadion: Kanjuruhan

Sejarah Singkat
Persatuan sepakbola Arek Malang atau lebih dikenal dengan sebutan Arema Malang adalah sebuah klub profesional yang berkedudukan di Kota Malang, Jawa Timur.  Semula tim yang lahir pada 11 Agustus 1987 atas dasar prakarsa Acub Zaenal, pencetus lahirnya klub Galatama, ini bernama Aremada, yang merupakan gabungan klub lokal Malang Armada 86 dan Arema. Namun nama itu tidak bisa langgeng. Beberapa bulan kemudian diganti menjadi Arema 86.

Upaya untuk mempertahankan klub Galatama Arema 86 banyak mengalami hambatan, bahkan tim yang diharapkan mampu berkiprah di kancah Galatama VIII itu mulai terseok-seok karena kesulitan dana. Dari sinilah, Acub Zaenal bersama putranya Lucky, lantas mengambil alih dan berusaha menyelamatkan Arema 86 agar bisa tetap bertahan.

Nama Arema 86 pun diubah menjadi Arema dan ditetapkan berdirinya pada 11 Agustus 1987 sesuai akte notaris Pramu Haryono SH No 58. Sejak saat itu, Arema mulai menggelar persiapan layaknya sebuah tim profesional. Baik itu menyangkut skuad timnya maupun fasilitas bagi semua pemain dan ofisialnya.

Prestasi klub Arema dikancah sepakbola nasional terbilang pasang surut. Hal itu karena tergantung pembiayaan klub yang menjadi kendala utama. Maklum saja karena bukan klub "Plat Merah", sehingga tidak mendapatkan kucuran dana APBD. Meski demikian, mahkota juara Galatama pernah mereka rebut pada musim kompetisi 1992/93.

Sejak mengikuti Liga Indonesia, gabungan klub dari Perserikatan dan Galatama, Arema tercatat pernah tiga kali masuk putaran kedua atau babak delapan besar. Namun kendala finansial terus saja menghimpit perjalanan klub ini, hingga akhirnya diakuisisi kepemilikannya oleh PT Bentoel Internasional Tbk pada pertengahan musim kompetisi 2003.

Akibat krisis keuangan itu pun membuat Arema turun kasta di divisi satu. Tapi dengan kekuatan finansial baru, Arema hanya satu musim berada di divisi satu dan kembali promosi dengan status sebagai juara. Sejak saat itu prestasi Arema cenderung stabil hingga menembus Superliga, kompetisi kasta tertinggi di tanah air yang baru pertama kali digulirkan musim ini.

Kini Arema bernaung di bawah PT Arema Indonesia, yang dibentuk berdasarkan akta pendirian No. 43 tertanggal 3 September 2004 yang diperkuat dengan SK Menteri Hukum dan HAM No. C-17398 HT.01.01/2005 tertanggal 23 Juni 2005. Tahun 2009, terjadi perubahan struktur organisasi  sejalan dengan PT Bentoel Investama melepas kepemilikan PT Arema Indonesia. Kendali perusahaan dijalankan konsorsium yang terdiri beberapa pengusaha, birokrat dan lintas profesi yang peduli terhadap eksistensi Arema Indonesia. PT Arema Indonesia berkecimpung dalam pengelolaan sepak bola professional.

Catatan Prestasi
Galatama1987/88: Peringkat ke-61988/89: Peringkat ke-81990: Peringkat ke-41990/92: Peringkat ke-41992/93: Juara1993/94: Peringkat ke-6

Liga Indonesia 1994/95: Peringkat 6 Divisi Utama Wilayah Timur 1995/96: Peringkat 12 Divisi Utama Wilayah Timur 1996/97: Peringkat 3 Divisi Utama Wilayah Barat 1997/98: Kompetisi dihentikan 1998/99: Peringkat 3 Divisi Utama Wilayah Tengah 1999/00: Babak Delapan Besar Divisi Utama  2001: Babak Delapan Besar Divisi Utama 2002: Babak Delapan Besar Divisi Utama 2003: Peringkat 17 Divisi Utama (Degradasi ke Divisi I) 2004: Juara Divisi I (Promosi ke Divisi Utama) 2005: Babak Delapan Besar Divisi Utama 2006: Babak Delapan Besar Divisi Utama 2007: Babak Delapan Besar Divisi Utama (Lolos Superliga) 2008/09: Peringkat 10 Super liga 2009/10: Juara Superliga

Piala Indonesia 2005: Juara 2006: Juara 2007: 32 Besar 2008/09: Putaran 1 2009/10: Runner-up

SEJARAH AREMANIA
Sejarah Aremania: Jaman Galatama
▪ Arema berdiri pada Agustus 1987. Pada waktu itu Liga Indonesia dibagi dua: Liga tim semi-profesional bernama Galatama dan Liga Perserikatan.
▪ Selama zaman Galatama beberapa geng pemuda Malang merupakan para suporter Arema. Selama zaman itu suporter Arema bukan suporter murni tetapi suporter brutal seperti Hooligan Inggris. Perilaku geng-geng tersebut berdasarkan pada egoisme yang buruk. Di stadion setiap geng mencoba membuktikan siapa yang paling keras.
▪ Selama zaman itu persaingan keras antara suporter Surabaya dan Malang dimulai. Sering terjadi di Surabaya pengrusakan kendaraan yang berplat N dan di Malang kendaraan yang berplat L mengalami hal yang serupa. Juga pada tahun 1992 ada semacam ‘sweeping’ menghadapi orang Surabaya di Malang. Polisi harus melaksanakan operasi agar aksi brutal itu dapat dicegah.

Sejarah Aremania: Jaman Ligina
▪ Sekitar pertengahan tahun 1990-an istilah Aremania mulai dipakai sebagai nama suporter Arema. Sementara itu geng-geng di Malang mulai luntur.
▪ Anggota geng yang pada akhir tahun 1980-an masih muda, di pertengahan tahun 1990-an sudah lebih dewasa. Munculnya generasi geng baru di Malang tidak terjadi karena faktor perubahan sepak bola di Indonesia dan upaya pencegahan dari beberapa tokoh Aremania.
▪ Pada tahun 1990-an pemain asing mulai bermain untuk klub-klub Liga Indonesia. Pada tahun 1994 klub Galatama dan Perserikatan digabungkan menjadi Ligina. Setelah itu klub-klub dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah timur dan wilayah barat. Pada akhir Ligina juara Ligina ditentukan dengan putaran ‘play-off’. Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) mulai mendorong perkembangan Liga yang lebih profesional.
▪ Nama Aremania serta simbol Singo Edan diciptakan oleh beberapa tokoh Aremania sehingga dapat mempersatukan suporter Arema. Suporter Arema didorong tokoh Aremania menjadi rukun dan sportif.
▪ Namun proses itu mengalami hambatan. Persaingan keras antara suporter Malang dan Surabaya terjadi sampai sekarang. Konflik antara dua kelompok suporter ini di Malang masih terjadi sampai tahun 1999.
▪ Insiden di luar Malang terjadi sampai tahun 2001. Yang paling parah setelah zaman Galatama terjadi di Sidoarjo pada Mei tahun 2001.

Aremania: Bukan Organisasi
▪ Persatuan Aremania bersdasarkan pada ide inklusif, yaitu bahwa semua suporter Arema bersaudara. Sistem ketertiban suporter tergantung pada pengurus suporter, Koordinator Wilayah atau korwil. Tokoh korwil adalah pengurus suporter di sebuah kampung atau daerah.
▪ Tokoh korwil mempunyai hubungan dengan RT setempat, Polresta Malang dan PS Arema. Kalau Aremania ingin menyaksikan pertandingan di luar Malang harus meminta izin terlebih dahulu.
▪ Anggota korwil yang membayar iuran mendapatkan dua kartu identitas Aremania. Anggota Aremania pasti mendapatkan tiket pertandingan melalui tokoh korwil dengan harga loket. Kalau anggota ikut tur dia diakui sebagai Aremania di berbagai tempat karena memakai kartu identitas tersebut.
▪ Manfaat untuk para suporter adalah mereka menjadi sangat tertib di kandang sendiri atau di kota klub lawan. Karena sistem organisasi itu, ribuan suporter bisa datang ke Jakarta atau Gresik tanpa ada masalah serius apapun.
▪ Di antara korwil yang ada di Malang tidak ada ketua umum. Begitu banyak korwil kadang-kadang tidak ada kesepakatan. Dan usulan bahwa Aremania seharusnya dilembagakan ditolak. Aremania tidak dapat dengan mudah disalahgunakan oleh pihak tertentu untuk tujuan tertentu karena Aremania bukan sebuah organisasi. Aremania tergantung pada tujuan dasar untuk mendukung Arema. Kalau Aremania disalahgunakan barangkali persatuannya akan hancur.

Di artikel “Aremania Junjung Sportivitas” diterbitkan di Bestari, no.156, 2001 diceritakan bahwa menurut suporter Arema, AFC itu sangat individual, yaitu berkaitan dengan hubungan antara suporter dengan suporter lain. Akibatnya AFC terhadap kesulitan mendorong kerukunan suporter. AFC pernah dianggap sebagai yayasan yang terlalu ekslusif maupun kelas menengah untuk diterima oleh kebanyakan suporter Arema.
Sekitar tahun 1994 AFC dibubarkan. Menurut Lucky Zaenal itu karena banyak kesibukan dan soal generasi. Walaupun keadaan tokoh-tokoh AFC pasti mempengaruhi keruntuhan AFC, harus ditanyakan mengapa AFC tidak diteruskan oleh kelompok atau orang baru. Mungin itu tidak terjadi karena sudah jelas bahwa AFC tidak didukung oleh suporter. Barangkali tokoh-tokoh AFC sadar pada fakta itu. Makanya mantan-tokoh AFC langsung terlibat dalam proses mengembangkan nama dan simbol yang akan mempersatukan suporter. Memang tidak semua inisiatif AFC gagal. Harus diingatkan bahwa dengan AFC mulai sistem organisasi suporter yang berdasarkan pada korwil. Korwil-korwil tidak hilang dengan kematian AFC tetapi jumlahnya bertambah. Di samping itu AFC berdiri dalam konteks keras yaitu pada waktu geng-geng pemuda Malang merupakan para suporter Arema.

Brutalisme ke Hooliganisme
Ada dua istilah yang dipakai untuk menggambarkan suporter yang tidak sportif dan membuat kerusuhan: suporter brutal dan hooligan. Artinya dua istilah hampir sama. Perbedaan antara dua istilah itu hanya soal konteks. Istilah hooligan itu berasal di luar konteks Indonesia dan bersifat perbandingan. Istilah suporter brutal lebih sering dipakai dalam konteks Indonesia. Hooligan sama dengan suporter brutal karena yang jelas kegiatannya berdasarkan pada egoisme buruk. Seorang hooligan mau membuat kerusuhan dan kekerasan untuk membesarkan egonya. Seorang hooligan tidak ikut pertandingan untuk menikmati sepak bola tetapi untuk membuat kericuhan. Seorang Hooligan adalah musuh perkembangan sepak bola apalagi komunitas suporter murni. Akhirnya kalau memakai contoh suporter brutal Arema kelihatannya perbedaan antara dua istilah hanya soal konteks.
Suporter Arema menjadi terkenal atas brutalisme antara waktu Arema berdiri dan pertengahan tahun 1990-an. Ada kekerasan antara suporter walaupun Arema menang atau kalah. Pada waktu itu beberapa geng pemuda merupakan para suporter Arema. Setiap kampung memiliki geng sendiri. Yang berikutnya adalah daftar nama geng-geng Malang sama tempat asalnya kalau ada.

Nama Geng Tempat Asal
 Aregrek Sekitar Jl. Basuki Rachmat
Arnak (Armada Nakal) Sukun
Anker (Anak Keras) Jodipan
Argom (Armada Gombal) Kidul Dalem
Arpanja (Arek Panjaitan) Betek
Fanhalen (Federasi Anak Nakal Halangan) Claket
SAS (Sarang Anak Setan)
Geng Inggris Kasin Jrot
Ermera
Saga (Sumbersari Anak Ganas)

Geng-geng ini membuat suasana menakutkan di stadion. Tempat pertandingan menjadi kesempatan untuk geng-geng tersebut membuktikan siapa yang paling keras. Persaingan keras antara geng-geng terjadi walaupun semuanya medukung Arema. Jadi semua upaya untuk membuat suporter Arema rukun dan kompak dihalangi. Tawuran terjadi antara suporter Malang dan suporter dari luar tetapi juga di antara para suporter Arema sendiri. Bentrokan tidak terjadi karena provokasi tetapi disebab oleh suasana brutalisme ditimbulkan suporter Malang. Masih diingatkan oleh suporter Arema (dengan malu) bahwa suporter Malang brutal sebelum suporter Surabaya menjadi brutal. Akhinrya, waktu antara 1987 dan pertengahan tahun 1990-an suporter Arema membuktikan bahwa mereka bisa mengimbangi egoisme Hooligan Inggris. Suporter Malang menjadi terkenal sebagai Hooligan Indonesia. Sering selama akhir 1980-an dan awal 1990-an sering ada tawuran antara suporter Surabaya dan Malang. Sayangnya persaingan keras itu antara Bonek dan suporter Arema sulit dibatasi. Di Surabaya orang dari Malang diganggu dan kendaraan yang berplat N (plat Malang) dirusak.
Sementara di Malang kendaraan yang berplat L (plat Surabaya) mengalami hal yang serupa. Pada tahun 1992 ada semacam `sweeping’ menghadapi orang yang berKTP Surabaya. Polisi terpaksa melakukan operasi untuk menghentikan aski brutal itu. Akhirnya permusuhan berkembang antara orang kedua kota Jawa Timur tersebut melainkan antara suporter saja. Lagipula Bonek nama suporter Surabaya menjadi istilah berarti hooligan Indonesia. Jadi kata bonek yaitu yang tidak pakai huruf besar artinya hooligan walaupun Bonek itu berarti suporter Surabaya. Karena persaingan keras itu sering Aremania dan Bonek dianggap sama saja. Khususnya di luar Malang banyak orang yang bersikap bahwa Aremania adalah bonek juga. Banyak orang tidak membedakan antaranya. Selama tahun-tahun itu masyarakat Malang tutup jendela dan mengunci pintu kalau ada pertandingan Arema. Sekarang suporter Arema telah benar-benar maju tetapi terhadap peringatan masyarakat yang menganggap bahwa mereka masih brutal.

Aremania muncul
Pada pertengahan tahun 1990-an geng-geng Malang mulai luntur. Sementara itu istilah Aremania muncul sebagai nama para suporter Arema. Sebetulnya dua fenomena tersebut merupakan perubahan total dalam budaya pemuda Malang yang dikatalisasikan oleh beberapa tokoh. Di artikel `Aremania Mengukir Sejarah Baru’ diterbitkan di Bestari, no. 156, 2001 Gus Nul mantan pelatih Arema menceritakan bahwa walaupun kurang jelas dari mana istilah Aremania itu muncul, nama itu mempersatukan suporter Arema. Secara psichologis persamaan dasar antara Arema dan Aremania membuat suporter merasa bersatu. Kata Aremania bisa dibagi Arema dan Mania. Aremania itu muncul secara spontan dari suporter Malang yang mulai bosan dengan perkelahian geng-geng tersebut. Ada beberapa alasan untuk perubahan itu. Pertama-tama geng-geng mulai luntur karena soal generasi. Anggota geng walaupun masih muda selama akhir 1980-an, di pertengahan 1990-an lebih dewasa. Karena sudah lumayan tua mulai bosan dengan kegiatan geng.
Di samping itu, pada 1994 Ligina yang pertama dimulai dan PSSI mulai mendorong sepak bola Indonesia menjadi lebih profesional. Pemain asing mulai main untuk klub Indonesia. Itu termasuk upaya untuk menaikkan kualitas liga sepak bola. Pemain asing pernah main untuk Arema. Pernah ada pemain dari Afrika, Amerika Selatan, Korea Selatan dan juga Australia. Dari semua ini yang paling terkenal ada pemain dari Negara Chile bernama Rodriguez `Paco’ Rubio. Sekarang menurut suporter Malang dia semacam pahlawan sepak bola Arema. `Paco’ Rubio menembus gol lawan selama putaran Delapan Besar Ligina VI. Di samping itu, selama Ligina VII ada pemain dari Afrika namanya Frank Bob Manuel yang dengan sayang dipanggil `Bobby’ (selama Ligina VIII main untuk klub perserikatan Malang Persema). Selama Ligina VIII Jaime Rojas (mantan pemain Persema) juga berasal dari Chile masuk klub.
Dengan berupaya ke profesionalisme suporter mulai lebih tertarik pada permainan khususnya karena impor pemain luar negeri. Juga ada pemain lokal yang menjadi bintang. Misalnya Ahmad Junaedi selama Ligina VI tetapi setelah itu dia pindah ke Persebaya dan menjadi musuh suporter fanatik. Akhirnya mau kembali ke Arema dia ditolak oleh pengurus Arema. Daripada membeli Junaedi lagi mereka memilih mendidik pemain muda berasal dari Jawa Tengah bernama Johan Prasetyo. Johan Prasetyo telah menjadi bintang Aremaa. Selain Prasetyo ada Aji Santoso, pemain yang berpengalaman itu pernah main untuk timnas Indonesia. Karirnya setelah di Arema ke Persebaya dan kemudian ke PSM Makassar. Akhirnya main untuk Persema sebelum main di Arema lagi.

Dengan impor pemain asing dan perhatian pada pemain profesional orang Indonesia, yang berkembang antara para suporter Indonesia adalah minat pada sepak bola bukan fanatisme terhadap klub saja. Di artikel `Suporter Bergeser Jadi Football Minded’ diterbitkan di Jawa Pos 9 Maret 2002 perubahan sikap suporter digambarkan. Ternyata bahwa para penonton mulai memilih menonton pertandingan menurut suguhan kualitas sepak bolanya. Yaitu penonton mulai memilih pertandingan dengan lawan kualitas sepak bola tinggi. Barangkali suporter Indonesia dipengaruhi tayangan sepak bola dari luar negeri. Suporter mulai menuntut kualitas dari sepak bola Liga Indonesia.
Di samping itu perubahan suporter Malang didorong beberapa tokoh perintis Aremania. Sebenarnya munculnya generasi geng dapat dicegah karena upaya tokoh Aremania. Di artikel `Aremania Sebuah Gerakan Rakyat’ diterbitkan di Kompas, 1 April 2002 diceritakan bahwa suporter didorong oleh tokoh seperti Ovan Tobing, Lucky Zaenal, Iwan Kurniawan, Eko Subekti dan Leo Kailolo untuk menjadi suporter bersatu dan sportif. Pasti mereka sadar bahwa suporter brutal akan merugikan PS Arema, dan kalau klub Arema akan berusaha ke profesionalisme seharusnya suporter juga. Tokoh yang tersebut membantu membangun simbol klub Arema yang telah menjadi simbol suporter juga. Di artikel `Aremania junjung sportivitas’ diterbitkan di Bestari, no 156 2001 bahwa tokoh perintis ini mengusulkan Aremania dijuluki `Macan Putih’ atau `Singa Putih’ karena Arema berdiri pada 11 Agustus yang termasuk zodiak Leo. Kemudian secara spontan ada orang antaranya yang teriak `edan’. Mungkin itu mucul dari bagian belakang istilah Aremania yaitu `mania’. Kata `mania’ berarti edan.

Dari latar belakang nama Aremania dan simbol Singo Edan semacam bahasa Malang berkembang. Kata-kata bahasa Indonesia dan bahasa Jawa terbalik merupakan bahasa Malang atau fenomena Ngalamania. Misalnya Singo Edan menjadi Ongis Nade dan Orang Malang menjadi Genaro Ngalam. Di samping itu arek-arek Malang menjadi Kera-kera Ngalam. Surat kabar Radar Malang itu Jawa Pos-nya Kera Ngalam. Sekitar pertengahan tahun 1990-an suporter Arema mulai berubah. Citra negatif terhadap suporter Arema ada sampai sekarang tetapi selama beberapa tahun yang lalu Aremania pernah diakui sebagai suporter Indonesia terbaik.
Pada waktu ribuan suporter ke Jakarta untuk putaran Delapan Besar Ligina VI Ketua Umum PSSI Agum Gumelar terkesan oleh penampilan suporter Arema di Stadion Senayan. Dia mengakui Aremania sebagai suporter kreatif, sportif dan atraktif. Di samping itu PSSI pernah mengundang Yuli Sugianto (dirigen suporter Arema) untuk mewakili suporter Indonesia. Selama Ligina VII sering diakui oleh suporter klub lain sebagai guru suporter lain. Pada Januari tahun 2001 di Tangerang, suporter mengucapkan selamat datang kepada Aremania dan sesudah ada insiden lemparan terhadap Aremania mereka mengucapkan termima kasih karena Aremania tidak terpancing oleh oknum provokator Tangerang. Pada Juli tahun itu diakui oleh suporter Solo sebagai `guru hebat’.
Lagipula kemajuan Aremania mempengaruhi keadaan di Malang. Selama waktu krismon, Malang tenang walaupun dimana-mana di Jawa telah kacau. Itu karena pemuda Malang telah merasa bersatu sebagai Aremania dan tidak ingin membuat kerusuhan di kotanya. Katanya ada suporter Solo yang mengirim sepasang bh dan celana dalam perempuan ke Aremania agar mengucapkan Aremania para penakut. Namun Aremania tidak mudah dipancing. Yang jelas dalam lingkungan suporter sepak bola telah dianggap maju dari masa dulunya. Lagipula mereka dianggap perintis suporter di Indonesia. Namun proses ini mulai lebih dari 5 tahun yang lalu dan Aremania sampai tahun 2001 berjuang untuk menghapus sisa-sisa brutalisme.

Sisa-sia Brutalisme
Aremania tidak langsung berhasil dalam perjuangan untuk menghapus citra suporter brutal. Sampai tahun 1999 ada bentrokan antara suporter di Malang tetapi khususnya dengan Bonek. Keadaan kacau hampir tidak bisa dicegah aparat keamanan. Persaingan keras antara suporter Malang dan Surabaya terjadi selama ada kesempatan Arema melawan Persebaya. Akibatnya di Malang suporter Surabaya harus dilarang masuk Malang supaya mencegah insiden yang tidak diinginkan.
Pengurus Arema pernah minta pertandingan Arema versus Persebaya diadakan di luar Malang agar tidak ada tawuran. Namun ini diprotes Aremania yang menuntut bahwa pertandingan Arema tetap milik masyarakat Malang. Namun tahun-tahun tersebut harus dibedakan dari zaman geng-geng. Mungkin tahun-tahun yang berikut kelunturan geng-geng Malang bisa dianggap sebagai waktu peralihan. Sampai tahun 2001 ada insiden yang terjadi di luar Malang. Salah satu contoh konflik antara suporter Malang dan Surabaya adalah tragedi Sidoarjo yang terjadi pada bulan Mei tahun 2001.

Tragedi Sidoarjo
 Pada Ligina VII Aremania mendukung tim kesayangannya di pertandingan away. Arema melawan Gelora Putra Delta (GPD) di Sidoarjo. Soalnya tiga kelompok suporter mucul di stadion Delta: Deltamania, Aremania dan Bonek. Karena jarak antara Surabaya dan Sidoarjo jumlah sedikit suporter Surabaya datang untuk menjenkelkan suporter Arema. Tiga kelompok ini dibagi supaya tidak ada bentrokan. Aremani menempati sektor utara sementara Bonek dan Deltamania ada di tribun VIP. Pertama-tama sebelum pertandingan mulai sekitar jam 14. 15 ada lemparan batu dari luar stadion. Dua suporter Arema terluka dan Aremania menuntut bahwa tempat di luar stadion khususnya sekitar sektor utara diamankan. Di samping itu Aremania dimarahkan kabar bahwa dua mobil Aremania dirusak. Pada jam 15.10 lemparan batu antara sektor utara dan tribun timur mulai. Polisi terhadap kesulitan membatasi lemparan karena Bonek dapat sumber batu dari luar stadion.
Pada jam 16.00 pertandingan sepak bola dimulai. Pada jam 16.20 aparat keamanan megeluarkan tembakan peringatan untuk menghentikan lemparan. Pada menit ke-29 pertandingan harus dihentikan karena suporter masuk lapangan dan kerusuhan mulai terjadi di luar stadion. Aremania harus dievakuasi oleh aparat keamanan. Akhirnya 15 orang terluka, 7 mobil dan 2 sepeda motor dirusak. Juga stadion Delta dihancur dari aksi lemparan dan bentrokan yang berikutnya. Reaksi Aremania penuh dengan kesedihan terhadap tragedi Sidoarjo. Para suporter Arema merasa mereka salah dipersalahkan untuk tragedi Sidoarjo walaupun Bonek adalah provokator. Pak Marheis salah satu korwil Aremania yang dianggap oleh sebagian suporter sebagai tokoh yang memperbolehkan ketertiban antara korwil-korwil tidak bisa menahan tangisnya setelah insiden Sidoarjo.

Ovan Tobing seorang perintis Aremania setelah tragedi itu berpendapat bahwa tragedi di Sidoarjo merupakan pelajaran untuk PSSI. Pada waktu Arema main di Malang Aremania membawa spanduk yang protes disalah untuk kejadian di Sidoarjo. Sayangnya bahwa insiden seperti itu menegaskan citra Aremania sebagai suporter brutal karena dalam insiden itu Aremania sebetulnya di kedudukan sulit. Pertama-tama mereka dilempari dari luar stadion. Lagipula mereka terhadap Bonek yang siap dengan sumber batu dari luar stadion.
Aremania diserang di Jogja: Selain masalah Bonek ada kelompok lain yang iri pada Aremania jadi mencoba memancingnya. Pada bulan Oktober tahun 2001 Aremania diundang ke pertadingan di Jogjakarta. Di Jogja Aremania diserang. Seperti di Sidoarjo ada lemparan batu dari luar stadion. Aremania terpaksa masuk lapangan untuk menghindari lemparan dari luar stadion. Pertandingan dihentikan dan harus dimain hari berikutnya di tempat yang dirahasiakan. Slemania, para suporter Jogja pada umumnya sangat malu pada penyerangan itu. Mereka mulai menyanyi dengan gaya Aremania:
“Maaf? maaf? maaf Aremania
Maafkan kami atas kejadian ini”

Pada umumnya ada persahabatan antara Aremania dan para suporter lain tetapi kadang-kadang ada oknum kelompok yang mencoba memancing Aremania. Dan jarang Aremania terpancing dengan mudah. Selama Ligina VIII tidak ada masalah bentrokan kalau suporter lain datang ke Malang. Aremania membuktikan bahwa telah sportif. Suporter apalagi pemain saja butuh sportivitas.
Setelah kejadian seperti di Jogja Aremania janji mereka tidak akan membalas dendam kalau suporter Sleman datang ke Malang. Korwil Cilewung juga mendorong Aremania untuk tidak membalas dendam Bonek. Dia sadar bahwa kalau membalas dendam pasti tidak akan dibedakan dari Bonek. Harus diakui walaupun lama berjuang dengan sisa-sisa brutalisme Aremania telah agak berhasil dalam tugasnya.
Suporter Arema bersemangat kepada tim kesayangannya tetapi juga kepada negara Republik Indonesia. Dengan kompak suporter Arema sebelum permulaian pertandingan menyanyi lagu nasionalis `Padamu Negeri’. Lagu itu dinyanyi suporter dengan bangga. Nasionalisme merupakan salah satu aspek dasar suporter Arema.

Aremania mendukung Arema tetapi akhirnya semua maupun suporter tim lawan bersaudara. Malang aman karena persaudaraan itu. Lagipula Malang lepas daripada masalah pertentangan kesukuan atau konflik agama yang timbul di mana-mana di Indonesia. Aremania berpendapat bahwa kalau Malang bisa begitu rukun, mengapa negara Indonesia belum bisa seperti itu? Yang jelas persatuan Aremania muncul secara alami dan karena itu ada sikap positif terhadap persatuan negara Indonesia.

Kenapa Saya Menjadi Aremania


Saya mengenal Arema sekitar tahun 2000 (masuk malang tahun 1997) berasal dari pulau bagian tengah Indonesia, Pulau Sumbawa, Kota Bima (Arek Bima hehehe)
Awalnya saya membeci tingkah Aremania ketika hendak menonton AREMA main di Gajayana (Tahun 1997-2000), karena saya pernah kena sambitan kayu bendera Aremania, tingkah yg ugal2an, merasa paling kuasa atas jalanan.
Baru pada sekitar thn 2000-an Aremania mulai berubah dan mulai tertib. dimana suporter yg lain masih anarkis. Dan ini menarik perhatian saya utk datang dan menonton Arema bertanding di Stadion Gajayana, kebetulan teman2 saya byk yg AREMA (Arek Malang), sukun, mergosono, dll.
Akhirnya saya saya jatuh cinta dgn Arema, walau saya bukan Arema (Arek Malang).
12tahun di malang, Arema adalah maghnet... arema adalah filosofis, saya pernah mengalami kejadian ketika di alun2 ketika simpatisan PDIP dan PKB bertemu, mereka sudah hampir saling baku hantam, dan tiba2 ada teriakan: "Woyyyy podho arema eee.....!!! 
Dan itu adalah ibarat sebuah kalimat yg mengandung unsur magis, merekapun berdamai. satu hal yang bisa saya simpulkan AREMA itu adalah filosofis, sebuah KATA yang memiliki NILAI tersendiri. dan ini tidak dimiliki oleh daerah lain.
sampai muncul kata AREMA... entah itu warung makan, tambal ban, restoran, toko kelontong, tukang pangkas rambut, dll.

Apa arti Arema dan mejadi Aremania?
  • Tanyakan pada mereka yang merogoh kocek utk ikut menyumbang ketika Arema Pailit
  • Pada mereka yang tidak mengindahkan hujan dan panas dan datang ke stadion untuk mendukung Arema.
  • Pada mereka yang dengan modal seadanya ikut tour kemana Arema bertanding.
  • pada mereka yg rela menyisihkan uang rokok hanya untuk membeli tiket masuk ke stadion.
  • pada mereka yang ikut mendoakan arema di rumah karena tak mampu membeli tiket utk menonton langsung di stadion.
Salut.... Arema lebih dari sepakbola dan Aremania

Salam Satu Jiwa [S1j]
Dari Malang Untuk Indonesia

By: Tafi La Qumal